cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 4 (2015): November 2015" : 24 Documents clear
STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOMODITAS SALAKDI KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA Eka Dyah Wahyu Prasetyaningsih; Widjonarko .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.374 KB)

Abstract

Kecamatan Madukara (Kabupaten Banjarnegara) memiliki komoditas unggulan berupa buah salak. Kecamatan Madukara merupakansentra perkebunan dan produksi salak terbesar di Kabupaten Banjarnegara, bahkan Jawa Tengah. Produksi salak di Kecamatan Madukara rata-rata mencapai 135.958 ton per tahun.Namun, salak yang dihasilkan Kecamatan Madukara hanya dijual dalam bentuk buah segar. Belum banyak masyarakat yang mampu mengolah salak menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Selain itu,terbatasnya akses mengenai informasi harga dan jaringan pemasaran memaksa petani menjual hasil panen kepada pengepul desa dengan harga yang ditentukan secara sepihak, hal ini yang menjadi penyebab petani tidak mendapatkan keuntungan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu merumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak di Kecamatan Madukara untuk menciptakan daya saing guna meningkatkan ekonomi masyarakat. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan didukung analisis LQ, Shift-Share, dan Nilai Tambah. Untuk merumuskan startegi digunakan analisis SWOT, untuk menentukan program dilakukan dengan mengkomparasikan kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan dan mengacu pada hasil analisis SWOT. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kecamatan Madukara sudah mulai berkembang industri rumahan pengolahan salak, produk turunan salak mampu menghasilkan nilai tambahpada pendapatan petani sebesar 17-28%untuk 1 kuintal salak yang diolah apabila dikembangkan secara maksimal. Komoditas salak terbukti memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Berdasarkan analisis tersebut maka rumusan startegi yang dapat dikembangkan di Kecamatan Madukara yaitu meningkatkan produksi dan kualitas salak, pembentukan lembaga riset, inovasi produk turunan salak, penguatan promosi penjualan, penguatan kapasitas lembaga penunjang, pengembangan teknologi, mobilisasi sumber dana, membangun forum kemitraan dengan pemda lain, serta pembentukan klaster industri salak sebagai strategi pendukung untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
BENTUK-BENTUK ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP ABRASI DI KAWASAN PANTAI SIGANDU BATANG Muhammad Miqdam Shidqi; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.168 KB)

Abstract

Fenomena abrasi tengah dialami oleh kawasan pesisir utara Pulau Jawa. Peningkatan kekuatan arus gelombang laut dan kondisi pantai tanpa penghalang menjadikan abrasi mudah untuk merusak kawasan tersebut. Kawasan Pantai Sigandu merupakan salah satu pesisir di Kabupaten Batang yang mengalami kerusakan parah. Keberadaan obyek wisata tersebut semakin terancam seiring besarnya abrasi yang merusak beberapa fasilitas di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk adaptasi lingkungan terhadap abrasi di kawasan Pantai Sigandu dan mengetahui cara meningkatkannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran atau mixed method antara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara berurutan. Metode pertama adalah kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara pada beberapa instansi seperti DKP, Disbudpar, BLH, BPBD, dan Dishub. Wawancara tersebut dilakukan untuk mencari informasi terkait abrasi yang terjadi dan menggali indikator keberhasilan dari masing-masing bentuk adaptasi yang telah dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan metode kuantitatif untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait bentuk-bentuk adaptasi lingkungan yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada masyarakat. Pada penelitian ini, didapatkan temuan bahwa penyebab tingginya abrasi di kawasan Pantai Sigandu selain disebabkan oleh peningkatan arus gelombang laut adalah karena kondisi pantai yang datar berpasir. Kondisi tersebut menyebabkan gelombang dengan mudah menghantam kawasan pesisir tanpa adanya penghalang. Berdasarkan kondisi tersebut, masyarakat dalam hal ini pelaku usaha mengalami kerugian yang sangat besar akibat fenomena abrasi yang merusak fasilitas dan menurunkan jumlah wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan adaptasi lingkungan untuk menanggulangi abrasi seperti dengan melakukan penanaman mangrove, relokasi bangunan, pemasangan batu penghalang, pemasangan trucuk bambu, pemasangan geotube, dan reklamasi pantai. Terdapat beberapa bentuk adaptasi lingkungan yang dapat ditingkatkan yaitu dengan melakukan pemasangan geotube, penanaman mangrove, dan pemasangan batu penghalang.
TINGKAT KERENTANAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN WONIGIRI Restu Sita Harsiwi; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.892 KB)

Abstract

Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten dengan peringkat ke-8 di Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan tinggi pada tahun 2003-2007 dengan tingkat kemiskinan  25,04%. Pada tahun 2010, angka kemiskinan di Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan yakni mencapai angka 32,36%. Kabupaten Wonogiri juga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang tergolong daerah tertinggal pada tahun 2001-2005 dan pada tahun 2012. Selain itu, Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu kabupaten dengan kondisi perekonomian yang kurang stabi karena angka kemiskinan yang terus  meningkat dari tahun 2007-2010 dan peningkatan PDRB yang tidak terlalu signifikan. Hal ini tentunya berpotensi menimbulkan kerentanan ekonomi wilayah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode survei sebagai strategi penelitian. Objek penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Wonogiri dengan kecamatan sebagai unit analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis penskoran. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa dari 6 faktor yang mempengaruhi kerentanan ekonomi wilayah, hanya 4 faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri. Faktor kemampuan produksi barang dan jasa menjadi faktor dominan dengan kontribusi tertinggi, yaitu 31,16%. Sementara itu faktor kemiskinan, menjadi faktor dominan dengan kontribusi terendah Dilihat secara keseluruhan, Kabupaten Wonogiri tergolong dalam kategori 4 atau termasuk wilayah yang tergolong rentan tinggi dilihat dari segi ekonomi.
STRATEGI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA TAMAN SATWA TARU JURUG KOTA SURAKARTA Pulung Priyo Utomo; Maya Damayanti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.944 KB)

Abstract

Kota Surakarta memiliki beragam daya tarik pariwisata, salah satunya Kebun Binatang Taman Satwa Taru Jurug. Obyek wisata ini merupakan salah satu ikon wisata di kota Surakarta yang sarat akan sejarah. Taman Satwa Taru Jurug yang terletak di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, menjadi salah satu tujuan wisata yang memerlukan adanya penelitian mengenai penawaran dan permintaan wisata berdasarkan elemen pariwisata.Penelitian menghasilkan strategi pengembangan kawasan berdasar penawaran dan permintaan wisata Taman Satwa Taru Jurug yang dilihat berdasarkan elemen elemen pariwisata.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif atau campuran.Untuk teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara dan telaah dokumen yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis BCG.Hasil dari penelitian ini TSTJ terdapat pada Kuadran III yaitu Problem Children.Pada Kuadran mengartikan bahwa penawaran yang ada tinggi, namun permintaan wisata yang ada rendah. Dalam upaya pengembangan mencapai ke posisi stars terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian. Pertama adalah peningkatan frekeuensi promosi dan informasi kegiatan yang ada di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).Kedua perlu adanya penambahan atraksi wisata baik secara bulanan, maupun mingguan.Yang ketiga adalah pemenuhan serta perbaikan sarana wisata yang ada di TSTJ.Hal tersebut bertujuan untuk mendukung kenyamanan wisatawan ketika berada di obyek wisata.
TINGKAT KERENTANAN SOSIAL WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI Nisakhaira Rahmaningtyas; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.511 KB)

Abstract

Konsep kerentanan pada dasarnya muncul akibat adanya permasalahan kemiskinan. Kerentanan sosial wilayah menggambarkan kerapuhan sosial dari suatu wilayah akibat pengaruh dari adanya bahaya, ancaman dan bencana yang memiliki potensi merusak, mengganggu serta merugikan. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah terbagi menjadi 6 klaster tingkat kemiskinan. Klaster yang termiskin yaitu klaster 4 dengan rata-rata persentase keluarga miskin sebesar 51,87% yang kemudian diikuti oleh klaster 3 dengan rata-rata persentase keluarga miskin sebesar 32,36%. Kabupaten Wonogiri termasuk dalam klaster 3 bersama dengan sembilan kabupaten lainnya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial wilayah Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Objek penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Wonogiri dengan unit analisis 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Variabel yang diteliti yaitu modal manusia, modal sosial, kondisi geografis, jaringan politik dan pemerintahan, aset alam dan properti serta infrastruktur. Teknik analisis yang dilakukan meliputi analisis faktor dan analisis penskoran. Hasil analisis faktor memberikan gambaran adanya empat faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kerentanan sosial wilayah di Kabupaten Wonogiri. Faktor dominan yang memiliki kontribusi terbesar dalam penentuan tingkat kerentanan yaitu faktor infrastruktur sebesar 30%. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri termasuk dalam Kelas III dan IV yang berarti tingkat kerentanan sosial wilayah rendah dan tinggi.
Evaluasi Program Pamsimas di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Chenda Destarian; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.034 KB)

Abstract

Permukiman kumuh di Kota Semarang berdasarkan letak lokasinya terbagi atas permukiman kumuh yang berada di pusat kota, tengah kota dan pinggiran kota. Setiap permukiman kumuh yang ada di kota Semarang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Fokus penelitian adalah permukiman kumuh yang terletak di Kelurahan Jabungan yang berada di Kecamatan Banyumanik. Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik merupakan lokasi pemukiman masyarakat miskin yang perkembangannya masih jauh dari yang diharapkan. Program-program yang pernah dilakukan hingga saat ini belum dapat menjadi sebuah solusi dari kawasan tersebut. Untuk itu perlu diadakannya evaluasi agar dapat memenuhi standar permukiman yang baik. Pada umumnya Kelurahan Jabungan sudah terjangkau air bersih, namun sumbernya bukan dari  PDAM, melainkan  berasal dari sendang dan  sumur untuk RW 1, 2, dan 4. Sumur gali dan sumur artetis yang ada kurang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Selain itu, pada musim hujan air yang berasal dari sumur tersebut menjadi keruh. Untuk sanitasi, berdasarkan hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa 14% masyarakat belum memiliki jamban. Dalam hasil ini pokok permsalahan juga didukung dengan perilaku masyarakat yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan tempat tinggalnya. Maka dari itu, pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat). Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sifat dari penelitian ini adalah penelitian ilmiah dimana penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan didukung dengan kajian teori mengenai penilaian kualitas lingkungan baik ditinjau dari kualitas lingkungan fisik maupun kepedulian masyarakat sebagai bahan evaluasi program-program yang akan dilakukan selanjutnya. Hasil dari penelitian ini berupa evaluasi program Pamsimas. Hasil evaluasi tersebut didapatkan dari komparasi analisis rencana program Pamsimas dan analisis implementasi Program Pamsimas. Dari hasil tersebut, menunjukkan evaluasi program Pamsimas yang sudah terlaksana di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik.
KAJIAN KINERJA FASILITAS MCK DAN IPAL KOMUNAL DI KELURAHAN PANDEAN LAMPER, KECAMATAN GAYAMSARI, KOTA SEMARANG Riska Ariyanti; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.641 KB)

Abstract

Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia, memiliki tingkat petumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan sanitasi untuk masyarakat. Kelurahan Pandean Lamper merupakan salah satu kelurahan yang sebagian masyarakatnya masih belum memiliki fasilitas MCK. Pemerintah Kota Semarang berupaya menyediakan fasilitas MCK dan IPAL komunal unuk masyarakat di RT,01 dan RT.02, RW.X Kelurahan Pandean Lamper. Fasilitas tersebut diharapkan mampu menciptakan sistem sanitasi yang berkualitas, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.Perlu dilakukan evaluasi terhadap fasilitas MCK dan IPAL komunal yang ada di Kelurahan Pandean Lamper untuk mengetahui kinerja dari fasilitas tersebut.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja fasilitas MCK dan IPAL Komunal di Kelurahan Pandean Lamper, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.Untuk teknik analisis yang digunakan terdiri dari analisis statistic deskriptif yang digunakan untuk mengidentifikasi sanitasi yang berkualitas, sanitasi yang berkelanjutan dan sanitasi yang berwawasan lingkungan, praktik hidup bersih dan sehat masyarakat, serta tingkat penggunaan fasilitas sanitasi.Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis komparatif untuk mengetahui kesesuaian antara jumlah pengguna yang terlayani dengan pengguna eksisting fasilitas MCK dan IPAL komunal.Hasil menunjukkan bahwa fasilitas MCK dan IPAL komunal sudah bisa mewujudkan sistem sanitasi yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.Secara kelayakan, masing-masing dari komponen MCK seperti jamban leher angsa, kamar mandi, tempat cuci, dan tempat cuci tangan sudah memenuhi kriteria layak berdasarkan standard.Selain itu, komponen MCK tersebut sudah memenuhi kriteria bersih dan sehat untuk digunakan.Kemudian IPAL komunal yang ada juga telah memenuhi kriteria aman karena memiliki pipa air kotor yang sesuai dengan standard dan mempunyai jarak > 10 m dari sumber air bersih sehingga mampu dikatakan berhasil menjadi sanitasi yang berkualitas.Untuk teknologi yang digunakan, tariff penggunaan fasilitas MCK dan IPAL komunal, penerimaan sosial budaya masyarakat sudah memenuhi kriteria sebagai sanitasi yang berkelanjutan. Sedangkan dari sisi berwawasan lingkungan dapat dinilai dari kualitas air yang tidak tercemar. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas MCK dan IPAL komunal tidak berpengaruh buruk terhadap lingkungan terutama pada kualitas air bersih. Dari sisi penerapan praktik hidup bersih dan sehat, ditunjukkan pada rendahnya angka buang air besar sembarangan, kesadaran cuci tangan pakai sabun yang baik, pengolahan makanan dan minuman yang baik, serta pengelolaan sampah rumah tangga baik.Pada tingkat penggunaan, menunjukkan bahwa fasilitas sudah berfungsi secara efektif karena mempunyai tingkat intensitas penggunaan yang tinggi.Sedangkan dari sisi pelayanan, sudah bisa dikatakan berhasil karena adanya kesesuaian antara jumlah pengguna yang terlayani dengan pengguna eksisting fasilitas MCK dan IPAL komunal.
TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN KABUPATEN WONOGIRI Itsna Yuni Hidayati; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.356 KB)

Abstract

Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kondisi fisik alamiah yang unik dan rawan terhadap terjadinya bencana alam. Kondisi fisik alamiah termasuk didalamnya aspek topografi, klimatologi dan litologi merupakan determinan penting untuk mengevaluasi tingkat kerentanan lingkungan. Isu-isu lingkungan seperti bencana alam juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan lingkungan. Rata-rata angka kemiskinan di Kabupaten Wonogiri adalah 26,283% pada tahun 2005-2010, termasuk tertinggi di Jawa Tengah. Masyarakat miskin lebih rentan dikarenakan mereka cenderung hidup di daerah yang berbahaya dan lebih bergantung pada alam untuk penghidupan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan lingkungan di Kabupaten Wonogiri. Tingkat kerentanan lingkungan di Kabupaten Wonogiri didefinisikan sebagai fungsi dari keterpaparan lingkungan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif. Analisis fungsi kerentanan lingkungan dilakukan menggunakan metode Indeks Dimensi yang dikembangkan UNDP (2005) dan Indeks Kerentanan Lingkungan. Dilihat dari tingkat keterpaparan lingkungannya, wilayah di Kabupaten Wonogiri masuk dalam kategori keterpaparan lingkungan sangat rendah. Jika dilihat dari sensitivitasnya, wilayah di Kabupaten Wonogiri cenderung masuk dalam kategori sensitivitas rendah. Pada tingkat kapasitas adaptif, wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar masuk dalam kategori kapasitas adaptif rendah. Berdasarkan hasil analisis, ada 3 dari 5 kategori kerentanan lingkungan di Kabupaten Wonogiri yakni rentan, kerentanan rendah dan kerentanan sangat rendah. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Wonogiri masuk dalam kategori kerentanan lingkungan sangat rendah, 17 dari 25 Kecamatan masuk dalam kategori ini.
Peluang Peningkatan Tipe Terminal di Kecamatan Banyumaik (Analisis Demand dan Supply) Febriana Ayu K; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.89 KB)

Abstract

Kecamatan Banyumanik merupakan kecamatan yang terus mengalami perkembangan baik dari jumlah penduduk maupun pelayanan kotanya. Kecamatan ini juga berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang dan menjadi gerbang koridor semarang atas atau semarang bagian Selatan sehingga memiliki pergerakan yang tinggi sebagai jalur keluar masuknya kota Semarang. Pergerakan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas transportasi pendukung yaitu terminal. Terminal merupakan salah satu fasilitas utama yang memiliki peran penting dalam sistem transportasi. Menurut keputusan menteri nomor 35 tahun 2003 pengertian terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. Terminal juga memiliki peran yang penting sebagai unsur tata ruang dalam kaitannya untuk meningkatkan mobilitas dan efisiensi kehidupan kota. Terminal merupakan tempat untuk mengurangi kemacetan dimana dapat mengatur lokasi pergantian moda transportasi menjadi lebih teratur. Lokasi sebuah terminal harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat                 Di kecamatan Banyumanik hanya memiliki sub terminal atau terminal bantu yang berfungsi sebagai tempat transit dan pergantian moda. Demand yang tinggi terhadap fasilitas transportasi tersebut tidak sebanding dengan supply fasilitas terminal yang tersedia sehingga mengakibatkan timbulnya titik-titik baru yang digunakan masyarakat untuk menunggu angkutan yaitu terminal bayangan. Terminal bayangan ini muncul karena adanya demand yang tinggi dari mayarakat banyumanik terhadap kebutuhan sarana transportasi dan efisiensi waktu. Ketidakseimbangan antara demand dan supply ini mengakibatkan berbagai dampak makro maupun mikro terhadap lalu lintas maupun jaringan angkutan di Kecamatan Banyumanik dan kota Semarang.
DAMPAK KEBERADAAN OBYEK WISATA PANTAI TIRTA SAMUDRA KABUPATEN JEPARA TERHADAP ASPEK PERUBAHAN PEMANFAATAN LAHAN, DAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT Daniel Chrisman; Mohammad Muktiali
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.319 KB)

Abstract

Salah satu obyek wisata yang kini semakin berkembang karena daya tarik pantainya adalah Obyek Wisata Pantai Tirta Samudra Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini saat ini sedang berkembang dikarenakan memiliki beberapa potensi yaitu pasir pantainya yang putih dengan topografi pantai yang terbilang landai, kondisi perairan dengan ombak yang tidak terlalu besar sehingga cocok dimanfaatkan untuk rekreasi laut seperti berenang dan aneka olahraga air (water sport). Kaitannya terhadap sisi penawaran obyek wisata Pantai Tirta Samudra ini memang saat ini ketersediaan sarana-prasarana sudah memadahi, dengan tersedianya kebutuhan dasar bagi para wisatawan. Periwisata pada umumnya menawarkan daya tarik yang dapat dikemas dalam sebuah bentuk hiburan atau permainan. Karena dari sisi permintaan sendiri jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata Pantai Tirta Samudra ini mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dimana harga tiket yang relatif terjangkau menjadi penyebabnya. Besarnya jumlah wisatawan yang datang memberikan pengaruh terhadap perubahan pemanfaatan lahan daerah sekitar obyek wista. Masih banyaknya lahan kosong disekitar obyek wisata dimanfaatkan beberapa pihak untuk mendirikan hotel/penginapan dan sektor perdagangan lainnya. Penambahan sarana yang ada beberapa diantaranya adalah pembangunan dermaga kapal perahu wisata, pembangunan hotel-hotel yang berada di sekitar, pembanguna area parkir kendaraan, dan penambahan warung-warung yang berada di sekitar pantai. Dalam kurun waktu 13 tahun telah dibangun total 6 hotel dan 2 homestay di area sekitar tempat wisata yang sebelum dibangun fungsi lahannya adalah berupa lahan kosong. Beberapa kesenian masyarakat Desa Bandengan yang masih bertahan sampat saat ini adalah pesta lomban, wayang klitik dan kesenian rebana. Dampak yang diberikan dari perkembangan obyek wisata ini terhadap kesenian ini cukup kecil. Kecilnya pengaruh yang diberikan memang karena masyarakat merasakan tidak terlalu banyak dampak yang dirasakan kepada kebudayaan. Dampak yang diberikan adalah positif yang dimana hanya sebagai media promosi apabila tradisi dan kesenian-kesenian yang ada dipentaskan pada acara-acara tertentu, dan adapun kegiatan pentas itu juga tidak rutin dilakukan. Tetapi sudah pernah dipentaskan di obyek wisata Pantai Tirta Samudra pada acara-acara khusus. Saat ini kesadaran masyarakat akan pariwisata sudah meningkat bila dibandingkan pada sebelum obyek wisata ini berkembang. Banyak masyarakat Desa Bandengan yang berinisiatif dalam terut serta menjaga atau ikut terlibat dalam memajukan obyek wisata ini. Inisiatif masayrakat yang terlihat antara lain seperti ikut terlibat dalam tradisi lomban, membentuk kelompok-kelompok usaha, menjaga ketertiban di lingkungan obyek wisata dan juga mulai menggerakan kembali peran Pokdarwis yang sebelumnya telah vakum.. Keberadaan suatu obyek wisata jelas akan membuka peluang usaha baru yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang dalam meningkatkan pemasukannya. Dari segi pendapatan tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja di obyek wisata Pantai Tirta Samudra ini relatif tidak terlalu tinggi. Namun dalam perbandingannya ketika sebelum mereka bekerja ditempat ini dengan sesudah mereka bekerja ditempat ini ada kenaikan dari segi pendapatan. Kenaikan yang terjadi secara rata-rata tidak terlalu signifikan, namun pada acara pesta lomban kenaikan yang dirasakan sangat signifikan, hal ini dikarenakan ramainya orang yang datang pada acara tersebut.

Page 1 of 3 | Total Record : 24


Filter by Year

2015 2015